Kiki : UPN Menerima Saya

  • Kamis 20 Juli 2017 , 12:00 AM
  • Oleh : Dewi
  • 1704
UPN VETERAN Yogyakarta

SLEMAN - Di sudut kampus, beberapa mahasiswi terlihat sedang asyik berdiskusi. Mereka nampak serius berbincang namun tak jarang diselingi canda tawa. Terkadang salah seorang mahasiswi menjelaskan sesuatu dengan gerakan isyarat. Sesekali ia mengeluarkan telepon seluler, mengetik beberapa kata dan memperlihatkan kepada temannya untuk dibaca.

Gadis itu bernama Cinthya Rizki Anida, yang akrab disapa Kiki, mahasiswi tuna rungu semester 7 Prodi Teknik Informatika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY). Sejak umur 3 tahun, Kiki divonis tidak bisa mendengar. Semenjak itu sehari-hari dia berkomunikasi dengan membaca gerak bibir lawan bicara, jika tidak paham maka dirinya akan menjelaskan dengan isyarat ataupun menulisnya pada kertas.

Keterbatasan fisik terbukti bukanlah penghalang. Prestasi perempuan kelahiran Klaten, 28 Mei 1994 selama ini tak kalah dengan mahasiswa lainnya. Kiki menceritakan pada awalnya sang ibu sempat ragu menyekolahkan Kiki di sekolah umum. Ibunya khawatir Kiki tidak bisa mengangkap materi pelajaran dengan baik dan tidak diterima oleh teman-teman. Dengan tekad dan semangat yang kuat berhasil membuktikan melalui kelancaran dalam menempuh masa studi. Terbukti saat menjadi siswa di SMP Pangudi Luhur Bayat dan SMK Kristen 2 Klaten nilai-nilainya selalu baik. Bahkan dia diminta mengajari mengoperasikan komputer oleh teman-temannya. Namun diakui Kiki komunikasi masih menjadi kendalanya selama di sekolah maupun di kampus.

“Kadang saya kesulitan menangkap materi kuliah karena harus membaca gerak bibir dosen. Saya kadang meminta dosen untuk mengulang atau memberikan catatan tambahan,” ujarnya melalui aplikasi pesan, Senin (17/7/2017).

Kesulitan Kiki dalam berkomunikasi dibenarkan oleh dosennya DR. Herlina Jayadianti ST., MT. Herlina mengaku tidak pernah memperlakukan Kiki secara istimewa, namun dirinya biasanya memberikan catatan tambahan agar bisa dibaca dan dipelajari kembali.

“Kalimat verbal saat menerangkan mata kuliah di kampus tentu tidak sama dengan buku, untuk itu sebagai pengajar kita harus memberikan catatan tambahan supaya Kiki bisa paham. Sejauh ini tugas yang saya berikan dapat diselesaikan Kiki dengan baik,” ujar Herlina ketika ditemui di ruang Humas UPN.

Bergelut dengan komputer menjadi rutinitas Kiki, baik bidang hardware maupun software. Dia mengaku sudah menyenangi dunia komputer sejak duduk di bangku sekolah dasar. Minatnya semakin tak terbendung ketika dirinya mengenyam pendidikan di sekolah menengah. Kiki semakin termotivasi untuk belajar lebih giat agar dapat melanjutkan ke bangku kuliah.

Tidak hanya prestasi belajar yang mengagumkan, keseharian putri ke dua Drs.Agus Sunarwan (Alm) dan Retno Perwitosari ini dikenal sebagai pribadi yang ramah dan pandai bergaul dengan teman-temannya. Di lingkungan kampus maupun di luar dia memiliki banyak teman.

“Selama mengenal Kiki menurut saya dia orangnya baik. Meskipun memiliki kekurangan dia termasuk orang yang mandiri,” kata Annisa teman kuliah Kiki.

Meskipun Kiki menamatkan pendidikan formal di sekolah umum, di awal masa kuliah ia mengaku merasa gugup dan takut. Saat itu dia merasa tidak percaya diri bergaul diantara mahasiswa lain yang normal dan takut diajauhi dan tidak diterima di pergaulan.

“Antara minder dan malu sama teman mau mengungkapkan kalau aku tuna rungu. Aku harus begelut dengan perasaan itu, padahal di SMP dan SMA teman-temanku juga normal,” ungkapnya.

Saat pertama kali masuk kuliah ia merasa manjadi bahan pembicaraan. Meskipun teman-temannya tidak mengatakan secara langsung, Kiki merasa menjadi bahan olokan. Kiki ragu ia bisa berteman dan semakin rendah diri.

Seiring dengan waktu kepercayaan dirinya mulai tumbuh dan berani menunjukkan identitasnya sebagai tuna rungu. Diluar dugaan rekan-rekan sesama mahasiswa dan dosen di UPNVY justru memberikan support agar dirinya semangat dan maju dalam berkuliah. Mereka memperlakukan Kiki seperti rekan-rekannya lain yang normal. Jika kesulitan berkomunikasi dengan dosen, teman-temanya tak keberatan untuk membantu menerjemahkan. Ternyata prasangka Kiki terhadap teman-temannya selama ini tidak terbukti.

Kiki ternyata figure yang disiplin. Ia selalu berusaha datang ke perkuliahan lebih awal dan mengerjakan tugas tepat waktu. Karakter disiplin ini rupanya sudah terbentuk sejak dirinya bersekolah asrama di SDLB Dena Upakara, Wonosobo.

Kiki mengaku sangat bersemangat menyelesaikan kuliah, kelak dia ingin bekerja sebagai programmer. Kiki ingin membuat aplikasi yang berguna untuk orang-orang berkebutuhan khusus seperti dirinya. Selain itu dia juga bisa membuktikan bahwa kekurangan fisik bukanlah penghalang untuk meraih sukses.

“Bagi teman-teman berkebutuhan khusus, ayo kita semangat. Meskipun kita tidak sempurna janganlah berputus asa, mari buktikan kalau kita juga mampu dan bisa sukses,” tulisnya menutup percakapan.

Ditemui di tempat berbeda, Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.S menjelaskan selama ini pihak universitas tidak pernah menerapkan kebijakan khusus terhadap mahasiswa dengan keterbatasan fisik.  UPNVY tetap menerapkan standar yang setara dengan mahasiswa lainnya dalam pemberian kuliah dan kegiatan lainnya.

“Tidak ada pengecualian khusus bagi mahasiswa disini. Dari proses pendaftaran, ujian hingga sidang akhir semua diperlakukan sama,”tutur Irhas di kantornya Kampus UPN Condong Catur.

Tidak ada perlakukan istimewa yang diterapkan universitas terhadap mahasiswa berkebutuhan khusus. Hanya saja pihaknya akan berkoordinasi dengan fakultas untuk menyiapkan metode ujian seminar dan sidang skripsi sesuai dengan kondisi mahasiswa tersebut.

Irhas menambahkan UPNVY membuka pintu bagi putra putri terbaik bangsa tanpa membedakan fisik untuk mengenyam bangku kuliah. Sebagai kampus bela Negara, UPNVY menegakkan nilai-nilai disiplin, kejuangan, kreativitas, cinta tanah air, dan komitmen dalam menjaga empat pilar kebangsaan Indonesia, termasuk didalamnya nilai toleransi. Sesuai dengan peraturan UPNVY pihaknya akan memberikan sanksi tegas bagi mahasiswa yang terbukti melakukan tindakan inteloransi ataupun bullying. (wwj/humas)

Previous Next